Banyak anak manusia kemudian dengan sendirinya, tanpa sadar sudah tiba-tiba berada di titik ‘dewasa’. Ada yang pernah mengungkapkan,
“saat masih kecil inginku segera beranjak dewasa, bisa melakukan apapun yang kuingin. Nyatanya menjadi dewasa adalah melelahkan, dan inginku kembali ke masa kecilku”
Hari ini aku menyadari bahwa anak manusia yang dulunya memiliki mimpi-mimpi dan harapan menyertai dirinya, kakinya melangkah penuh percaya pada diri sendiri pada harap.
“Namun, anak kecil yang dulu percaya itu kini tak lagi percaya apa yang ingin ia percayai. Langkahnya yang dulu menakjubkan kini menjadi sebatas jelas namun begitu kering. Dia berhenti bermimpi dan sebatas berjalan sembari bersembunyi di balik ungkapa ‘ini adalah realita, mimpi dan harap itu dulu saat aku belum dewasa’, dan mimpi dan harapnya tumbang, langkahnya tak lagi terlihat penuh energi, begitu kering, begitu biasa”
Pikiranku bukan sebuah anti-tesis pada sebuah fenomena ‘hari ini’. Hanya saja, aku ingin berkata pada diriku sendiri
“meski esok hari kamu mendewasa, teruslah bermimpi dan berharap. Mimpimu boleh berubah, harapmu boleh sedikit terkikis, tapi jangan hilang, jangan tumbang, jangan putus.”
Terkahir, memang duni adalah realita, tapi bukankah melihat manusia yang apa-apa selalu terpaku pada realita akan hanyut oleh sebuah tren zaman? lalu bukankah melihat langkah seorang pemimpi dalam versi dewasanya begitu menakjubkan, begitu hangat, begitu menyenangkan?
Ahad subuh_19 Febuari_Dau/Malang kota
Comments