top of page
Writer's pictureuhut

Mencoba Perjalanan Baru



Hari ini, aku menjalani sedikit perjalanan yang berbeda dari sebelumnya. Sebenarnya bukan pertama kali juga aku ke tempat ini, namun untuk yang seperti sekarang, ini adalah yang pertama kali dalam historis perjalananku, dan dimuali di tempat ini, yaa. . di kota yang istimewa, Jogjakarta.


Dimulai dengan awal kedatangan bersama teman sekaligus panutan, Gus Amik, atau yang dikenal "Gus Wibu" dalam kontak ku, dan "Gus Yesus" di kontak temanku. November yang masih sangat muda, iya. . . 1 November 2021 tepat hari senin, pukul 17.10 -waktu senja- kami berangkat, hingga kurang 30 menit lagi berganti hari kami sampai di Stasiun Kota Yogyakarta. Dia -Gus Amik- sudah langsung disambut kawan pesantrennya di depan, sedang aku masih menunggu, seorang teman masa SMA yang kebetulan juga sudah 5 tahun merantau di Jogja.

"Hya wes tak disikan ya hut!!" begitu kata Gus Amik sembari berlalu menghampiri kawannya. Aku kemudian duduk di sekitar Stasiun, di trotoar sekitar stasiun yang tepat lurus di antara lobi stasiun dan Hotel Malioboro sesuai permintaan temanku. sembari membuka Whatsapp, aku melihat chat terakhir darinya, masih sama dengan awal aku turun dari kereta, "enteni nang kunu", pikirku "aah wes nak dalan".


Menit berganti menit berikutnya, pesan terakhir darinya masih belum berubah, kali ini pikiranku berubah "waduh, uadoh jangan2, ngesakne. AKhirnya aku memutuskan mulai menonton video-video youtube untuk menghabiskan waktu. ternyata sudah satu jam sejak pesan terakhir darinya ku terima, hati mulai gelisah, tapi tetap mencoba tenang. Hingga akhirnya pukul 01.30 dini hari, pikiranku mulai berkata "arek iki keturon!!", aku mulai mengirim pesan bernada jengkel, "zal iki karepmu pie??" dan masih tetap sama tak ada respon apapun.


Diaaarrrr. . . . . tiba-tiba pesan dari ku terbaca -centang biru-, dan pesan darinya yang pertama adalah "Sori huu. . . aku keturon!!"hatiku sudah gak karuan membaca pesan itu. Mangkel jelas!!, bingung pasti!! -kok bisaaaa-, setelah 2 setengah jam menunggu di waktu dini hari, dia sangat ringan berkata "aku keturon" setelah dia bilang "enteni nang kunu!".


Aku hanya bisa menghela nafas dalam-dalam mencoba menenangkan diri, mengingat dia sudah repot-repot mau menjemput, dan aku bakal numpang beberapa hari di tempatnya juga. Hanya saja, rasa jengkel ini masih mencengkram kuat karena kejadian ini bebarengan dengan gigitan nyamuk yang berulang kali di tempat aku duduk, dan posisi lapar yang amat sangat sengaja dari siang aku tidak makan, karena aku menahannya barang kali pas njemput dia -teman SMA ku- mengajak makan.


Saat tiba di stasiun yang dia lakukan seperti biasa, "hahaha, sori bol aku keturon miki" sambil guya guyu dengan suara biasa tapi terdengar lantang karena sudah dini hari. Melihat responku yang sebatas geleng-geleng kepala sambil tersenyum pahit, mungkin membuat dirinya semakin merasa bersalah, dan akhirnya dia menurunkan aku di tempat makan "Gudheg Legend" katanya. Aku yang memang kelaparan lansung saja pesan seporsi Gudheg-Nasi dengan lauk telur dan 2 ceker, di tambah Es Teh. Dia tiba-tiba menyodorkan uang dari tangannya ke mas-mas penjual dengan dirinya yang hanya pesan Teh Anget karena sudah makan. Betapa kaget, harga porsi yang kumakan ternyata hampir 25 ribu, bagiku itu nilai yang sangat besar untuk lauk telur dan 2 ceker. Tapi setelah ku makan yaa memang rasanya enak sih. Dalam hati aku bergumam, "ternyata kebiasaan teledornya belum berubah sejak SMA, tapi dia punya sikap baru, yaitu mengatasi marahnya seseorang dengan perlakuan tertentu". Dulu jika demikian terjadi, dia pasti hanya guya-guyu dan kekelan merasa lucu kejadian ini, dengan rasa bersalah yang tipis, mungkin bahkan tidak ada. Tapi sekarang agak berbeda, gak percuma juga dia mendapatkan ilmu dalam hubungan pacaran dengan wanita, wkwkwkw.


Itulah pengalaman yang sungguh mendegelkan saat pertama kali menginjakkan kaki di Jogja, untuk perjalanan kali ini. #sebatas Catatan Jurnal pribadi.

3 views

Recent Posts

See All

Komentarze


bottom of page